eeeeeen
Persiapan Ilmu
S
|
aat saya pergi ke Bandara Soekarno Hatta dengan kendaraan umum, saya
tidak memerlukan waktu lama untuk sampai ke sana, karena supir bis benar-benar
sudah memiliki ilmunya bagaimana cara mencapai bandara. Sementara, baru saja
saya pergi ke bandara tidak naik mobil umum, mobil yang saya tumpangi ternyata
dikemudikan oleh sopir yang belum memiliki ilmu cukup bagaimana cara mencapai
bandara. Kami membuang waktu cukup lama untuk mencari jalan agar sampai ke
tujuan.
B
|
egitu juga dalam meraih sukses. Memiliki ilmu bagaimana meraih sukses
adalah persiapan yang sangat kita perlukan. Dengan ilmu yang cukup, kita akan
lebih mudah dan lebih cepat mencapai tujuan kita. Memang bisa saja kita tidak
memiliki ilmu, tetapi seperti sopir yang belum tahu bandara, akan lebih lama
untuk mencapai keberhasilan kita.
Mana yang Anda pilih,
apakah dengan coba-coba atau mengikuti jalan yang sudah terarah dengan jelas?
Menempuh perjalan dengan cara coba-coba akan baik dilakukan jika sebelumnya
belum pernah ada orang yang ke sana, tetapi untuk berhasil dalam bidang
finansial, sosial, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, sudah banyak orang
yang mencapainya dan kita tinggal mengambil ilmu dari mereka.
Seperti keberhasilan Thalut dalam memimpin negaranya karena kelebihan
ilmu yang beliau miliki.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi
(mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS.Al Baqarah:247)
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan ilmu. Membaca buku,
mengikuti seminar, pelatihan, sekolah, kuliah, dan bisa juga belajar kepada
pengalaman baik sendiri maupun orang lain. Tuntutlah ilmu meskipun harus ke
negeri Cina dan sampai akhir hayat.
“SEDIKIT CERITA TENTANG PARA SAHABAT YANG SANGAT MENGESANKAN DAN DRAMATIS JUGA”
Pada zaman
Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun
namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang
memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam.
Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
"Wahai saudaraku Zahid….selama ini engkau sendiri
saja," Rasulullah SAW menyapa.
"Allah bersamaku ya Rasulullah," kata Zahid.
"Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang
saja, apakah engkau tidak ingin menikah…," kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, "Ya Rasulullah, aku ini seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya
Rasulullah?"
" Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!" kata
Rasulullah SAW.
Kemudian
Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya
adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang
bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.
Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said.
Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam
kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
"Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul
yang mulia diberikan untukmu saudaraku."
Said menjawab, "Adalah suatu kehormatan
buatku."
Lalu surat itu
dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat
karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus
kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya,
itulah yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said
bertanya kepada Zahid, "Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari
Rasulullah?"
Zahid menjawab, "Apakah engkau pernah melihat aku
berbohong…."
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata,
"Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini…. bukankah lebih
disuruh masuk?"
"Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang
melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya," kata ayahnya.
Disaat itulah
Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, "Wahai
ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku
tak mau ayah…..!" dan Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata
kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan
aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu
ditolak."
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti
menangis dan bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayah, mengapa membawa-bawa
nama rasul?"
Akhirnya Said berkata, "Ini yang melamarmu adalah
perintah Rasulullah."
Maka Zulfah
istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan
berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa
yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan
pemuda ini. Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surat 24 : 51.
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah
dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan.
Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (QS. 24:51)"
Zahid pada hari
itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang
tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul
yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
"Bagaimana Zahid?"
"Alhamdulillah diterima ya rasul," jawab Zahid.
"Sudah ada persiapan?"
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, "Ya Rasul,
kami tidak memiliki apa-apa."
Akhirnya
Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf.
Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli
persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam
untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin
sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, "Ada apa
ini?"
Sahabat menjawab, "Wahai
Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak
mengerti?".
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, "Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan
kubelikan kuda yang terbagus."
Para sahabat menasehatinya, "Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi
engkau hendak berperang?"
Zahid menjawab dengan tegas, "Itu tidak
mungkin!"
Lalu Zahid
menyitir ayat sebagai berikut, “Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara,
istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di
jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. 9:24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati
syahid di jalan Allah.
Rasulullah berkata, "Hari
ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada
Zulfah."
Lalu Rasulullah
membacakan Al-Qur’an surat 3 : 169-170 dan 2:154). “Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di
sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan
karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati”.(QS 3: 169-170).
“Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. 2:154).
Pada saat itulah
para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, "Ya Allah,
alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di
dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat."
HIKMAH
Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa menjadi renungan buat
kita bahwa, "Untuk Allah di atas segalanya.
Jazakumullah.
0 komentar:
Posting Komentar